Monday, June 11, 2007

WHAT IS YOUR MOST FAV CHEESE?

Dari dulu, saya suka banget sama yang namanya keju. Saya masih ingat pertama kali makan keju, waktu itu di Belanda, umur saya masih 4 tahun. Yang nawarin pertama kali ibu, yang tanya, apakah saya suka sama makanan yang warnanya putih kuning muda ini...Bentuknya kotak dan lempengan tipis, pinggirannya coklat seperti gosong kebakar. Ibu selalu menyisipkannya diantara bekal roti sekolahku setiap harinya.

Pulang ke Indonesia, saya tidak pernah lupa yang namanya keju. Tapi Indonesia tahun '80-an, kita tidak pernah makan keju. Entah apa sudah ada sebelumnya di Indonesia, tapi kalau tidak salah, bisnis perusahaan keju Kraft baru mulai menggeliat di tanah air beberapa tahun setelah kepulangan kami dari Belanda. Kami pun mulai makan keju lagi. Buat saya, tiada yang lebih nikmat daripada sepotong keju kraft di antara roti saya, diatas pisang bakar, diatas martabak manis. Hehehe. Sedappp !!!! Saya malah tidak suka keju lilin yang buat kue kastangels itu. Rasanya emang seperti lilin.

Begitu saya sempet ke NZ, saya merasakan menemukan sejenis surga keju. Barang2 dairy bangsa keju, mentega, susu, begitu murah di situ. Keju juga lebih banyak macamnya, tapi macamnya, yah smoked cheese, keju plus bawang juga. Saya gak terlalu tau jenisnya. Sepertinya yah, cheddar juga ditambahin perasa laen, ada yang rasa strawberry juga. Pokoknya pada zaman itu: Keju = oke, dan cheddar adalah keju.

Gitu balik lagi ke Belanda, saya malah gak terlalu memperhatikan keju. Keju hanyalah suatu cemilan ringan diantara pesta-pesta fancy antar mahasiswa. Di Belanda (dan umumnya di eropa), pesta-pesta gak pernah ada makanan beratnya. Yang ada hanya cemilan ringan seperti apertizer dan tentu saja anggur merah, yang bikin kepala pening kalau minum tanpa ngisi perut sebelumnya. Yang saya tahu dari pesta macam gini, yah, wine, pasangannya (atau jodohnya?) ya keju. Semua pesta ya seperti ini. Entah siapa yang awalnya punya ide begitu. Saya baru tahu setelah bertahun2 kemudian saya tinggal di perancis (back to the future), bahwa mereka juga melakukan hal yang sama. Ini tradisi eropa yang mungkin sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun (atau beratus-ratus?).

Orang Belanda, bangga akan kejunya macam Gouda atau Edam (ini kalau di daerah Jakarta Selatan jadi merek dagang sosis burger buatan si Made..hehehe). Dulu, saya punya salah seorang teman kost yang suka sekali sama keju biru perancis. Waktu itu saya belum pernah tau apa sih keju biru itu. Teman kost yang lain dengan tidak antusiasnya menjelaskan bahwa keju biru perancis itu baunya bukan main. Sedangkan si penggemar keju biru itu cuman cengengesan sambil bela diri, bahwa orang Belanda teman-teman kost kita itu, gak tau seni keju perancis yang nikmat. Saya waktu itu cuman terbengong-bengong gak ngerti diskusi mereka. Mereka pun menyinggung-nyinggung keju Denmark yang juga biru... tp saya gak ngerti juga kenapa kesebut juga tuh keju Denmark, kasihan pasti lidahnya kegigit karena tau2 diomongin sama mereka. Teman-teman kost sibuk diskusi, saya sibuk lihat bentuk keju biru si provokator diskusi di atas meja. Kelihatannya emang gak enak, kayak jamuran gitu. Mana baunya menyengat. Entah teman kost ini beli dimana, gak jelas, dan gak mau tau. Gak penting pikir saya. Keju yang penting dalam hidup saya pada masa itu adalah keju mascarpone (yang relatif lebih mahal dibandingkan keju biasa tapi enak banget itu) untuk tiramisu saya, dan juga mozzarela yang kentel setelah dicairin di oven. Cocok dimakan pake tomat dibubuki daun estragon. Keju laen?! Keju laen apa?! Bener-bener gak penting!

Bertahun-tahun kemudian, saya tinggal di Perancis, saya gak mikir kalau Perancis adalah salah satu produsen besar keju di dunia. Saya gak terlalu antusias mencoba keju-keju. Saya udah pusing belajar bahasanya, boro-boro mikir yang laen. Walaupun mertua bilang, di Perancis, orang bilang, satu hari makan satu jenis keju aja, karena ada sekitar 345 jenis keju di sini. Saya cuman jawab iya iya aja sambil gak lupa manggut-manggut pelan.

Sampai akhirnya, kali kedua saya ketemu beliau, dia menyodori saya keju biru yang namanya St. Agur (lebih tepatnya ijo.. karena jamurnya bener-bener ijo warnanya). Maksud hati mau ngerjain saya yang gak tertarik sama keju, biar makin jijay makan keju asin/tengik/apek. Tapi diluar dugaan, saya terima tantangannya. Satu kali gigit.... yuuuummmmmmm, si St. Agur ini meleleh di mulut. Dan rasa jamur ijonya itu.. ya ampun... enak banget! Bener-bener gak bisa digambarkan. Gila bener! Saya merasa, belum pernah lidah senikmat ini menggigit keju. Saya pun langsung ketagihan. Mertua cuman bisa merengut karena saya menghabiskan jatah St. Agurnya dia, dan tantangannya gak kena di saya.

Hari-hari berikutnya, adalah hari-hari St. Agur (konon St. Agur itu nama daerah di tengah perancis.. saya lupa pastinya dimana). Saya bisa merengut atau bete kalau hari itu tidak ada St. Agur. Suami sampai kerepotan mencoba menyetop saya gaul dengan keju berlemak tinggi ini. Gak mempan. Akhirnya dia cuman bisa mengejek saya dengan mengatakan, "Eh St. Agur itu bukan keju artisanal. Itu keju rasa artificial yang industrial, dan gak ngetop di Perancis. Kami punya beragam keju yang lain yang lebih nikmat seperti keju kambing St. Maure yang paling top sedunia! " Tapi saya tidak peduli. St. Maure? Enak sedunia? Kok gue belom denger? Bodo amat, yang penting St. Agur paling enak di mulut gue, pikir saya. Suami pun menggebu2 dengan bilang kalau ada keju di Corsica, yang kalau belom busuk (belum belatungan), belum enak. Buset dah! Baunya kayak apaan tuh?!!!



Lebih dari setahun telah berlalu. Dewasa ini, gak banyak juga keju perancis yang saya kenal. Tapi vocabulary keju saya udah mulai berkembang. Dulu dari yang cuman suka keju St. Agur, trus ke yang mereknya industrialis bangsa La Vache qui Rit (sapi yang ketawa, ada dijual di Carrefour), Gorgonzola (ini keju asal Italy yg rasanya kayak es krim.. sumpah loh!!! Enak banget diatas baguette), concoillote (keju cair khas deket perbatasan swiss), Camembert (asal provinsi normandie kalo gak salah) sampai Brie yang khas Paris. Keju Chèvre (kambing) yang dibakar pun mulai berasa nikmat (walaupun kadang-kadang baunya nyengat). Tapi kalau ditaruh di atas galette dari gandum coklat (semacan crêpe asin).. alamak.... rasanya gak hanya lengket di lidah, tapi juga di hati dan otak. Dan akhir-akhir ini, saya pun mulai merambah ke Vieux Comté yang sedikit nyubit di lidah. Memang, kami kalau lagi suka sama suatu keju, belinya yang itu melulu. Tapi nanti kalau sudah bosan, kita mulai coba-coba keju yang lain yang namanya belum pernah kami dengar sama sekali sebelumnya.

Semenjak saya mengenal St. Agur, saya tidak lagi menoleh ke cheddar yang jadi berasa seperti rasa lilin di lidah saya. Akibatnya, sekarang saya mengerti, kenapa orang Perancis sewot banget sama cheddar (hehehe.. kali sentimen ama org Inggris juga).

Konon, sudah beberapa tahun belakangan, terjadi perdebatan di antara masyarakat Eropean Union, yang ingin mengeluarkan directive, yang melarang peredaran keju yang dibuat dari susu mentah. Dan salah satu sponsor pendukung dikeluarkannya pelarangan ini adalah Belanda, yang kejunya selalu dibuat dari susu matang dan bersih lah istilahnya. Dan penentang dikeluarkannya larangan ini, adalah, tentu saja Perancis yang produk kejunya banyak terbuat dari susu mentah. Entah apa yang membuat Belanda ingin sekali menggolkan larangan ini. Membuat saya menjadi ingat akan diskusi di atas meja makan kost-kostan di Belanda dulu. Sepertinya nuansa bisnis dan persaingan usaha, ketat sekali dalam perdebatan di EU. Apakah alasan kesehatan yang membuat larangan ini akan diberlakukan? Orang perancis selalu berdalih: Ah, kami sehat-sehat saja kok selama ini. Hehehe. Yang saya tau sih, saya kalau kebanyakan makan keju, perutnya jadi bergas, dan dapat dipastikan angin yang keluar pasti bau. Hehehe.. Tapi itu karena emang perut saya gak jelas dan gak tahan sama susu, mo kata susu UHT juga. Jadi saya gak peduli, saya bakal terus makan keju walau kalau kebanyakan juga gak bagus untuk kesehatan pribadi saya (sebetulnya saya gak boleh terlalu banyak makan keju juga sama dokter di Indonesia, bisa fatal untuk kesehatan pribadi).

Setelah setahun lebih tinggal di Perancis, dan beberapa jenis keju yang saya gandrungi, saya jadi mikir, besok, keju apalagi yang bakal masuk dalam buku "My Most Favourite Cheese"? Lihat dulu di sini kandidat-kandidatnya (klik di nama berikut):

IGOURMET

atau di

ENSCYCLOPEDIE FROMAGE (bahasa perancis)

"Keju oh keju, kau akan membuat mulutku terus monyong ketika aku mengunyahmu sambil berpose di depan kamera (instead of saying "cheese"). Dan aku akan selalu memanggil namamu.. KEJU KEJU KEJU" (tuh gue panggil namamu 3X, kayak judul film horor) :))))